Metode biblioterapi dalam meningkatan kesehatan mental
Main Article Content
Abstract
James Clear mengutarakan kita meniru yang dekat, banyak, serta bagaimana lingkungan kita. Lingkungan kini yang erat dengan sosial media, secara tidak sengaja membuat banyak remaja sulit menjalaninya. Biblioterapi membantu proses pembaca memperoleh pemahaman baru atas diri dan kehidupannya, serta belajar sesuatau yang baru dari literatur yang dibacanya. Maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab bagaimana motif, makna, dan pengalaman pelaku metode biblioterapi untuk meningkatkan kesehatan mental mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, pendekatan fenomenologi. Data analisis dengan mengumpulkan wawancara mendalam kepada 6 orang informan, mencari informasi dari buku dan artikel, menyusunnya, membuat kesimpulan setelahnya. Hasil menggambarkan motif pelaku memilih menggunakan metode biblioterapi karena keinginan untuk merubah situasinya, pengaruh lingkungannya, untuk menghindarkan diri dari layar kaca, mendapatkan manfaat dan pelajaran baik secara intelektual, maupun spriritual mereka. Pengalaman menerapkannya mereka jadi meninjau ulang perilakunya, lebih positif perasaannya, dan menyenangkan ketika membaca. Sedangkan makna yang didapat adalah kata yang ada dalam buku mengandung pelajaran di dalamnya, kita dapat bebas berekspresi ketika membaca, dan mudah menerapkannya. Saran kedepannya tidak pernah ada waktu yang tepat apabila kita tidak memulai segalanya. Rasa sakit, dalam segala bentuk merupakan alat yang paling efektif dari tubuh kita untuk mendorong suatu aksi agar kita lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
References
Agustina, S. (2015). Konsep biblioterapi dalam library science. Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Susanti-Agustina/publication/340451763_Konsep_Biblioterapi_dalam_Library_Science/links/5e950e1b4585150839daef77/Konsep_Biblioterapi_dalam_Library_Science.pdf
Anwar, U. (2015). Dendam positif. Jakarta: Sinergi Aksara.
Benedek, D. M., Fullerton, C., & Ursano, R. J. (2007). First responders: Mental health consequences of natural and human-made disasters for public health and public safety workers. Annual Review of Public Health, 28, 55–68. https://doi.org/10.1146/annurev.publhealth.28.021406.144037
Bibliotherapy, D. (2007). Merubah konsep diri negatif remaja dengan bibliotherapy. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(137), 45–53.
Carnegie, D. (2011). How to win friends and influence people. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
Clear, J. (2019). Atomic habits. Jakarta: Gramedia.
Culture, S. (2021). Peran pendidikan multikulturalisme dalam mencegah culture. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 42–49.
Dewi, N., & Prihartanti, N. (2014). Metode biblioterapi dan diskusi dilema moral untuk pengembangan karakter tanggung jawab. Jurnal Psikologi, 41(1), 47–59. https://doi.org/10.22146/jpsi.6957
Drianus, O., & Nuraisah, S. (2020). Transformasi diri melalui narasi: Kajian kepustakaan atas teknik konseling biblioterapi. Psychosophia: Journal of Psychology, Religion, and Humanity, 1(2), 99–111. https://doi.org/10.32923/psc.v1i2.1385
Ichiro Kishimi, F. K. (2019). The courage to be disliked. Jakarta: Gramedia.
Maizan, S. H., Bashori, K., & Hayati, E. N. (2020). Analytical theory: Gegar budaya (culture shock). Psycho Idea, 18(2), 147–157. https://doi.org/10.30595/psychoidea.v18i2.6566
Manampiring, H. (2019). Filosofi teras. Jakarta: Kompas.
Manson, M. (2018). The subtle art of not giving a fck*. New York: HarperOne.
Muhamad, G. (2004). Teknik konseling biblioterapi: Menjadikan buku sebagai sarana transformasi diri. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 1(1), 25–30.
Peeri, N. C., Shrestha, N., Rahman, S., Tan, Z., Bibi, S., & Baghbanzadeh, M. (2020). The SARS, MERS and novel coronavirus (COVID-19) epidemics, the newest and biggest global health threats: What lessons have we learned? International Journal of Epidemiology, 49(3), 717–726. https://doi.org/10.1093/ije/dyaa033
Schwartz, D. J. (2011). The magic of thinking big. Tanggerang Selatan: Karisma Inti Ilmu.
Sugianto, D. (2019). World Health Organization. Journal of Health Communication, 29(34), 29–34.
Suharsaputra, U. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: Alfabeta.
Suparyo. (2011). How to apply bibliotherapy. Retrieved from http://kombinasi.net/bagaimana-menerapkan-biblioterapi
Suprapto, M. H. (2013). I love my body: Efektivitas cognitive behavioral therapy (CBT) dan bibliotherapy dalam meningkatkan citra tubuh mahasiswi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tasijawa, F. A., Kurniawan, R. A., & Aliyudin, N. (2021). Penerapan biblioterapi dalam kesehatan jiwa: Scoping review. Jurnal Keperawatan Florence Nightingale, 4(2), 52–58. https://doi.org/10.52774/jkfn.v4i2.76
Williams, D. (2020). Culture shock and COVID-19. Australia: The Gospel Coalition.
Zainul Ali, Z. (2020). Social distancing upaya pencegahan penyebaran COVID-19 perspektif maqashid al-syariah. Nizham Journal of Islamic Studies, 8(1), 125–136. https://doi.org/10.32332/nizham.v8i01.2130